TERBARU

Sabtu, 15 Oktober 2016

Teknik Tes Pilihan Ganda

Teknik Tes Pilihan Ganda
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI


Download Presentasi: SlideShare

Teknik Tes Objektif

Teknik Tes Objektif
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI



Download Presentasi : SlideShare

Sabtu, 08 Oktober 2016

Teknik Nontes

Teknik Nontes
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI



Download Presentasi : SlideShare

Sabtu, 01 Oktober 2016

Rancangan Penilaian Hasil Belajar

Rancangan Penilaian Hasil Belajar
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI



Download Presentasi : SlideShare

Keterampilan Menyajikan Pelajaran

Keterampilan Menyajikan Pelajaran
Micro Teaching


Download Presentasi : SlideShare

Keterampilan Menyajikan Pelajaran

A. Tahapan Menyajikan Pelajaran

  • Tahap Prainstruksional, adalah tahapan yang ditempuh guru pada saat memulai proses belajar-mengajar (apersepsi), berupa kegiatan:
    • Guru menanyakan kehadiran siswa & mencatat siapa yang tidak hadir,
    • Guru bertanya kepada siswa sampai dimana pembahasan pelajaran sebelumnya (bukan berarti guru sudah lupa),
    • Mengajukan pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan bahan pelajaran yang sudah diberikan sebelumnya,
    • Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasai dari pelajaran yang sudah diberikan,
    • Mengulang secara singkat bahan pelajaran yang telah dibahas sebelumnya.
  • Tahap Instruksional, adalah tahapan pelajaran atau tahap inti, berupa kegiatan:Menjelaskan kepada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai setelah siswa mempelajari pokok materi yang akan dibahas,
    • Menuliskan pokok materi yang akan dibahas hari itu,
    • Membahas pokok materi yang telah ditulis tadi,
    • Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh konkrit,
    • Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan pokok materi,
    • Menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok materi.
  • Tahap Evaluasi & Tindak Lanjut, tahapan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tahapan kedua (tahap instruksional), berupa kegiatan:
    • Mengajukan pertanyaan mengenai semua pokok materi yang telah dibahas pada tahapan kedua (tahap instruksional),
    • Apabila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa kurang dari 70%, maka guru harus mengulang kembali materi yang belum dikuasai siswa,
    • Untuk memperkaya pengetahuan siswa berkaitan dengan materi yang dibahas, guru dapat memberikan tugas/pekerjaan rumah,
    • Akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau memberitahu pokok materi yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya.

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
  • melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
  • menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;
  • memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
  • melibatkan peserta didik secara aktif dalam se­tiap kegiatan pembelajaran; dan
  • memfasilitasi peserta didik melakukan per­cobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:
  • membiasakan peserta didik membaca dan me­nulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
  • memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memuncul­kan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
  • memberi kesempatan untuk berpikir, menga­nalisis, menyelesaikan masalah dan bertindak tanpa rasa takut;
  • memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif can kolaboratif;
  • memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;
  • memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
  • memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok
  • memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan
  • memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa per­caya diri peserta didik.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
  • memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,  isyarat, maupunhadiah terhadap keberhasilan peserta didik
  • memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber
  • memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan
  • memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar
  • berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar
  • membantu menyelesaikan masalah
  • memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi
  • memberi informasi untuk bereksplorasi Iebih jauh
  • memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif. 

B. Komunikasi Interaksi Proses Belajar Mengajar

Penggunaan komunikasi interaksi belajar mengajar bukan hanya komunikasi satu arah dari guru kepada peserta didik saja, melainkan mengarah kepada komunikasi interaksi optimal antara guru dengan peserta didik dan sesama peserta didik.

Jenis-jenis komunikasi interaksi proses mengajar:
  • Komunikasi satu arah
  • Ada balikan (feed back) bagi guru, tapi tidak ada interaksi antar siswa
  • Ada balikan bagi guru,siswa saling belajar satu sama lain
  • Interaksi optimal antara guru dengan siswa dan antar sesama siswa

Sabtu, 24 September 2016

Perkembangan PTK

Perkembangan PTK
Penelitian Tindakan Kelas


Download Presentasi: SlideShare

Pengertian dan Ruang Lingkup PTK

Pengertian dan Ruang Lingkup PTK
Penelitian Tindakan Kelas



Download Presentasi : SlideShare

Keterampilan Melaksanakan Pretes

Keterampilan Melaksanakan Pretes
Micro Teaching


Download Presentasi: SlideShare

KETERAMPILAN MELAKSANAKAN PRETES

1. Pengertian Pretes

Adalah tes yang diberikan sebelum siswa mengikuti pelajaran atau sebelum mengikuti program pengajaran (Zakiah Daradjat,1995).

2. Fungsi Pretes

Untuk menilai kemampuan siswa mengenai materi pelajaran sebelum pengajaran diberikan (Mudhoffir,1986).

3. Jenis-Jenis Tes yang Digunakan pada Pretes

  • Tes tulis
  • Tes lisan
  • Tes perbuatan

Untuk menilai sejumlah tujuan yang telah dirumuskan, mungkin hanya digunakan satu jenis tes atau dua jenis tes atau ketiga-tiganya. Hal ini tergantung kepada hakikat tujuan yang hendak dicapai.

4. Beberapa Saran dalam Pembuatan Tes

  • Untuk tujuan utama hendaknya dibuatkan beberapa pertanyaan untuk menilai hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
  • Kalau tujuan benar-benar penting, cobalah menanyakan dengan berbagai cara agar siswa benar-benar dapat menjawab dengan caranya sendiri.
  • Yakinkan bahwa setiap pertanyaan bertujuan menanyakan tujuan tertentu. Atau dengan kata lain pertanyaan tersebut dialamatkan ke tujuan yang mana.
  • Pergunakanlah pedoman cara-cara menanyakan (membuat tes) pada tujuan belajar kognitif, psikomotorik, afektif seperti diterangkan di atas.
  • Pertanyaan harus jelas dan mudah dimengerti oleh siswa sehingga siswa tidak salah tafsir.
  • Untuk mengetahui berapa persen tingkat keberhasilan belajar yang telah dicapai oleh siswa, pergunakanlah pretes dan postes. Tapi ingat soal-soal yang ada pada pretes harus sama dengan soal-soal pada postes.

Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip, Sasaran dan Jenis Evaluasi

Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip, Sasaran dan Jenis Evaluasi




Download Presentasi : SlideShare

Perkembangan Kurikulum di Indonesia


Perkembangan Kurikulum di Indonesia

1947 - Rencana Pelajaran dirinci dalam Rencana Pelajaran Terurai
1964 - Rencana Pendidikan Sekolah Dasar
1968 - Kurikulum Sekolah Dasar
1973 - Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP)
1975 - Kurikulum Sekolah Dasar
1984 - Kurikulum 1984
1994 - Kurikulum 1994
1997 - Revisi Kurikulum 1997
2004 - Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
2006 - Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
2013 - Kurikulum 2013

Telaah Keberadaan Kurikulum dalam Pendidikan

Telaah Keberadaan Kurikulum dalam Pendidikan
Oleh : Muhnandar & Waway Wahyudin


Download : SlideShare

Sabtu, 17 September 2016

Daftar Buku Referensi Telaah Kurikulum PAI SMP & SMA


Mata Kuliah : TELAAH KURIKULUM PAI SMP DAN SMA
Jurusan/ Prodi : Tarbiyah/ PAI
SMT/ TA : VII/ 2016-2017

Referensi :

1. Nik Haryati, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Alfabeta, 2010.
2. Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Rosda, 2006.
3. Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Rosda, 2007.
4. Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, 2008.
5. Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013, Refika Aditama 2014, 
6. Suparlan, Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum dan Materi Pembelajaran, Bumi Aksara, 2011.
7. Hamid Hasan. S, Evaluasi Kurikulum, Rosda, 2008.
8. Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Prenada Media Grup, 2008.
9. H. Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, Rineka Cipta, 2010.
10. Hermana Sumantri, Perekayasaan Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah, Angkasa, 1993.
11. H.Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah Madrasah dan Perguruan Tinggi, Rajawali Pers, 2009.

Silabus Mata Kuliah Telaah Kurikulum PAI SMP & SMA

Silabus Mata Kuliah Telaah Kurikulum PAI SMP & SMA



Dowload Silabus : SlideShare

Daftar Buku Referensi Penelitian Tindakan Kelas


Mata Kuliah : PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
Jurusan/ Prodi : Tarbiyah/ PAI
SMT/ TA : VII/ 2016-2017

Referensi :

1. Agus Yuliantoro, Penelitian Tindakan Kelas Dengan Metode Mutakhir Untuk Pengembangan Profesi Guru, Andin Publishing, 2006. 
2. Aip Badrujaman, Cara Mudah Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru Mata Pelajaran dan Guru Kelas, Trans Info Media, 2010.
3. Anas Salahudin, Penelitian Tindakan Kelas, Pustaka Setia, 2014. Beli Buku Online
4. Erna Febru Aries. S, Penelitian Tindakan Kelas: Teori dan Aplikasinya, Aditya Media, 2012.
5. H.E. Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, Rosda, 2009.
6. H.M. Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas: Implementasi dan Pengembangannya, Bumi Aksara, 2013.
7. Heris Hendriana dan Afrilianto, Panduan Bagi Guru – Penelitian Tindakan kelas – Suatu Karya Ilmiah, Refika Aditama, 2014.
8. Imam Suyitno, Memahami Tindakan Pembelajaran: Cara Mudah Dalam Perencanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Refika Aditama, 2011.
9. Iskandar Agung, Panduan Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru, Bestari, 2012.
10. Jamal Mamur Asmani, Tips Pintar PTK Penelitian Tindakan Kelas, Laksana.
11. Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, Rajawali Press, 2008.
12. Medi Yanto, Jadi Guru yang Jago Penelitian Tindakan Kelas, Andi Publisher.
13. Miftahul Huda, Penelitian Tindakan Kelas; Teori dan Praktek, Pustaka Pelajar.
14. Rochiati Wiriaatmaja, Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen, Rosda, 2005.
15. Samsu Sumadayo, Penelitian Tindakan Kelas, Graha Ilmu.
16. Sudaryono,  Classroom Action Research: Teori dan Praktek Penelitian Tindakan Kelas, Lentera Ilmu Cendekia, 2014.
17. Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, 2015.
18. Suyadi, Buku Panduan Guru Profesional : Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Dan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), Andi Publisher.
19. Trianto, M.Pd, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), Prestasi Pustaka Raya.
20. Tukiran Tanureja, Irma Pujiati, Penelitian Tindakan Kelas Untuk Pengembangan Profesi Guru; Praktik, Praktis dan Mudah, Alfabeta, 2010.
21. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, Indeks, 2009.
22. Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, Prenada Media Group, 2009.
23. Zaenal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK, Yrama Widya.

Silabus Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas


SILABUS MATA KULIAH

Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Jurusan : Tarbiyah, STAI Al-Hidayah Bogor
Jenjang Pendiikan : Strata Satu (S-1)
Mata Kuliah : Penelitian Tindakan Kelas
Bobot SKS : 2 sks
Dosen : Ali Maulida, S.S., M.Pd.I.

Deskripsi

Mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memberikan pengetahuan, pemahaman dan tuntutan untuk mengimplementasikan dalam suatu karya nyata berupa usulan (proposal) PTK dan penelitian empiris. Orientasi pembelajaran PTK ditekankan pada pengenalan konsep dasar, karakteristik, prinsip dan model-model dalam PTK, selanjutnya diarahkan untuk mendalami hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan PTK. Pelaksanaan PTK meliputi; menentukan permasalahan dan fokus penelitian, prosedur pengumpulan data dan diakhiri dengan analisis data lapangan. Mengingat agak berbeda dengan penelitian pendidikan yang lain, maka pemberian  materi PTK memerlukan mata kuliah prasyarat penelitian pendidikan. Pengalaman dari pemberian mata kuliah ini selanjutnya diharapkan menjadi bekal yang sangat berguna bagi usaha mengembangkan inovasi pembelajaran, terutama dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran.

Kompetensi

1. Memiliki kemampuan dalam memahami konsep dan teori-teori dasar penelitian tindakan kelas (PTK) dalam mengembangkan inovasi pembelajaran, terutama dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran.
2. Memiliki keterampilan dalam mengimplementasikan konsep dan pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) dalam bentuk rancangan (proposal) dan laporan penelitian.

Topik Inti

1. Pengertian dan Ruang Lingkup PTK
2. Perkembangan PTK
3. Bidang dan Topik PTK
4. Model-Model PTK
5. Langkah-Langkah Prosedur Model-Model PTK
6. Fokus Permasalahan PTK
7. Identifikasi Permasalahan PTK
8. Analisis Permasalahan PTK
9. Merumuskan Masalah PTK
10. Kerangka Pemikiran atau Paradigma PTK
11. Hipotesis Tindakan
12. Perencanaan Tindakan Perbaikan dan Perencanaan Tindak Lanjut
13. Prosedur PTK
14. Perencanaan Langkah-Langkah Penelitian
15. Teknik-Teknik Pengumpulan Data pada PTK
16. Beberapa Pandangan tentang Analisis Data PTK
17. Kredibilitas dan Validitas dalam PTK
18. Langkah-Langkah Penafsiran
19. Cara Mengaplikasikan Teori
20. Cara Mebuat Sintesis
21. Komponen dan Sistematika Proposal PTK
22. Dampak PTK terhadap Kerja Siswa, Kineja Guru, Sekolah dan Dunia Pendidikan

Referensi:
1. Suwarsih Madya, Panduan Penelitian Tindakan Kelas.
2. Rochiati Wiriatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas.
3. Nelson Siregar, Penelitian Kelas: Teori, Metodologi dan Analisis.
4. David Hopkins, Teacher’s Guide to Classroom Research.
5. Gall, Meredith D., Gall, Joyce P. and Borg, Walter R, Educational Reseach.
6. Referensi lain yang relevan dengan bidang pembahasan.

Evaluasi Sebagai Sub Sistem PBM

Kedudukan Evaluasi Pembelajaran dalam PBM/KBM

Proses belajar mengajar atau kegiatan belajar mengajar merupakan sebuah sistem yg terdiri dari beberapa sub sistem/komponen/unsur dimana satu sub sistem/komponen/unsur yg satu dgn yg lain saling berhubungan dan saling mempengaruhi dan merupakan satu kesatuan yg tidak bisa dipisahkan.Sub sistem/komponen/unsur tersebut yaitu:

1. Tujuan pembelajaran (RPP: SK, KD, indikator)
2. Sumber belajar (guru, pendidik, fasilitator (non formal), media, dll)
3. Peserta didik (penentu berlangsung tidaknya PBM/KBM)
4. Prencanaan yg merupakan bagian dari kurikulum
5. Strategi belajar mengajar (metode)
6. Media pembelajaran
7. Evaluasi Pembelajaran



Download Presentasi: SlideShare

Silabus Mata Kuliah Pengembangan Sistem Evaluasi PAI

Silabus Mata Kuliah Pengembangan Sistem Evaluasi PAI



Download Silabus : SlideShare

Contoh RPP Kurikulum 2013

Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kurikulum 2013
Micro Teaching

Keterampilan Membuka Pelajaran

Keterampilan Membuka Pelajaran
Micro Teaching



Download Presentasi : SlideShare

KETERAMPILAN MEMBUKA PELAJARAN

Keterampilan membuka pelajaran adalah suatu upaya atau proses pembelajaran dalam menarik minat dan bakat murid ketika belajar

1. Dalam keterampilan membuka pelajaran, guru harus memberikan pengantar/pengarahan terhadap materi yang akan diajarkan pada peserta didik agar siap mental dan tertarik untuk mengikutinya.

2. Keterampilan membuka pelajaran merupakan kunci dari seluruh proses pembelajaran yang harus dilaluinya. Sebab jika seorang guru pada awal pelajaran tidak mampu menarik perhatian peserta didik, maka proses tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan baik. Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya dilakukan oleh guru pada awal pelajaran, tetapi juga pada setiap awal kegitan inti pelajaran.

Ini dapat dilakukan dengan cara:

  • mengemukakan tujuan yang akan dicapai,
  • menarik perhatian peserta didik,
  • memberi acuan,
  • membuat kaitan antara materi pelajaran yang akan dikuasai oleh peserta didik dengan bahan yang akan diajarkan.

Inti persoalan membuka pelajaran adalah:

  • terkait dengan usaha guru dalam menarik perhatian siswa,
  • memotivasi,
  • memberi acuan tentang tujuan,
  • pokok persoalan yang akan dibahas,
  • rencana kerja serta pembagian waktu,
  • mengaitkan pelajaran yang telah dipelajari dengan topik baru,
  • menanggapi situasi kelas.

Menurut Wardani (1984) dalam Zainal Asril (2010) mengemukakan bahwa inti keterampilan membuka adalah menyiapkan mental murid agar mereka siap memasuki persoalan yang akan dibicarakan, dan membangkitkan minat dan perhatian siswa  apa yang akan dibicarakan dalam kegiatan belajar
mengajar.

TUJUAN KETERAMPILAN MEMBUKA PELAJARAN

1. Membantu mempersiapkan diri agar sejak semula sudah dapat membayangkan pelajaran yang akan dipelajari. Pada kegiatan ini, guru perlu menyampaikan apa tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

2. Menimbulkan minat dan perhatian peserta didik pada apa yang akan dipelajari. Adalah sangat penting membangkitkan minat peserta didik sejak awal agar tertarik belajar bersama. Jangan sampai guru mengajar peserta didik yang pasif atau tidak mau tahu dengan pelajaran yang guru berikan hanya karena guru tidak dapat menarik perhatian dan membangkitkan minat.

3. Membantu peserta didik untuk mengetahui batas-batas tugas yang akan dikerjakan. Melalui kegiatan membuka pelajaran, guru dapat menyampaikan apa saja yang relevan dengan topik bahasan dan apa saja yang tidak, tentu hal ini tidak lepas dari indikator pembelajaran.

4. Membantu peserta didik untuk mengetahui hubungan pengalaman yang telah dikuasainya dengan hal-hal baru yang akan dipelajari atau yang belum dipelajari atau yang belum dikenal.

Silabus Mata Kuliah Mirco Teaching

Silabus Mata Kuliah Micro Teaching
Micro Teaching



Download Silabus : SlideShare

Selasa, 13 September 2016

Tazkiyatun Nafs Menurut Al-Qur'an

TAZKIYATUN NAFS MENURUT AL-QUR`AN

Salah satu tugas besar yang diemban rasulullah saw adalah mentazkiyah (mensucikan) jiwa – jiwa manusia (yuzakkīhim). Berdasarkan dimensi literal bahasa (etimologis), term al-tazkiyah berasal dari kata dasar zakā (fi`il mādhī, kata verbal lampau). Dalam Maqāyīs al-Lughah disebutkan, kata yang tersusun dari lafdz zay, kāf dan huruf mu`tal (alif) menunjukkan pengertian tumbuh (namā) dan tambah (ziyādah).  Dalam bahasa Arab dikatakan shadaqah dengan zakat mal. Menurut sebagian ahli bahasa dikatakan bahwa shadaqah dinamakan zakat mal, karena dengan menunaikannya diharapkan tercapainya kesucian harta, yaitu bertambah dan bertumbuhnya harta tersebut. Sedangkan, ahli bahasa lain mengatakan bahwa shadaqah dinamakan zakat mal, karena pensucian harta. Menurut mereka, bukti kuat tentang makna ini adalah firman Allah Swt:

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka ...(Qs. At-Taubah [9]: 103)

Dasar pengertian semua yang disebutkan di atas sebenarnya tetap kembali kepada dua arti utama, yaitu tumbuh (namā) dan tambah (ziyādah). 

Al-Rāghib al-Ishfahāni menambahkan bahwa kata al-zakāt yang merupakan derivasi dari kata zakā memiliki arti tumbuhnya sesuatu yang dihasilkan dari keberkahan Allah Swt, baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi. Dalam bahasa Arab dikatakan zakā al-zar`u yazkû, yaitu saat tanaman mencapai pertumbuhan dan keberkahan. Begitu juga kata zakat yang merupakan harta yang dikeluarkan oleh manusia kepada para fuqara yang menjadi hak Allah Swt. Amalan tersebut dinamakan zakat karena mengandung harapan adanya keberkahan, seperti kata tazkiyah al-nafs yang juga berarti tumbuhnya jiwa dengan berbagai kebaikan dan keberkahan. 

Berdasarkan penelusuran Muhammad Fu`ād `Abd al-Bāqī, dalam al-Qur`an term zakā (fi`il mādhī) dan derivasinya (tashrīf lughawi) disebutkan sebanyak lima puluh sembilan ayat.  Dalam al-Qur`an, term al-tazkiyah sendiri dipergunakan untuk menunjukkan sepuluh arti dan makna intrinsik yang saling terkait, yaitu (1) zakat harta yang telah ditetapkan hukum syari`ah (al-zakāt al-syar`iyyah) , (2) lebih dekat kepada kebaikan (al-aqrab ilā al-mashlahat) , (3) halal (al-halāl),  (4) baik dan lembut (al-husn wa al-lathāfah) , (5) pengobatan dan pemeliharaan (al-`ilāj wa al-shiyānah).  (6) semangat mengabdi (al-iqbāl `ala al-khidmah aw al-thā`at) , (7) menjaga diri dari kehinaan (al-ihtirāz `an al-fawāhisy),  (8) tauhid dan persaksian (al-tauhīd wa al-syahādat),  (9) sanjungan dan pujian (al-tsanā wa al-madh),  dan (10) bersih dan suci (al-naqā wa al-thahārah).   

Sedangkan artikulasi al-tazkiyah dari dimensi istilah syar`i (terminologis agama), menurut Ahmad Farīd (seorang ulama kontemporer yang sangat konsern dengan pendidikan jiwa) adalah:

وَيُقْصَدُ بِتَزْكِيَّةِ النُّفُوْسِ تَطْهِيْرُهَا وَتَطْيِيْبُهَا ، حَتَّى تَسْتَجِيْبَ لِرَبِّهَا وَتُفْلِحُ فِى دُنْيَاهَا وَآخِرَتِهَا كَمَا قَالَ تَعَالَى : } قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا {    الشمس : 9-10) .

“Maksud tazkiyah al-nufûs adalah mensucikan dan mengharumkannya, sehingga jiwa selalu siap memperkenankan Tuhannya serta beruntung di dunia dan akhiratnya, sebagaimana Allah Swt berfirman [Sungguh beruntung orang yang mensucikan (mentazkiyah) jiwanya dan sungguh merugi orang yang mengotorinya] (Qs. Al-Syams [91]: 9-10)”. 

`Abd al-`Azīz bin Muhammad al-`Abd al-Lathīf mengartikulasikan al-tazkiyah sebagai:

إِصْلاَحُ النُّفُوْسِ وَتَطْهِيْرُهَا عَنْ طَرِيْقِ الْعِلْمِ النَّافِعَ وَالْعَمَلِ الصَّالِحِ وَفِعْلِ الْمَأْمُورَاتِ وَتَرْكِ المَحْظُورَاتِ وَقَدْ بَيَّنَ النَّبِيُّ مَعْنَى تَزْكِيَّةِ النَّفْسِ بِقَوْلِهِ (أَنْ يَعْلَمَ أَنَّ اللهَ عَزوَجّلَّ مَعَهُ حَيْثُ كَانَ)

“Mereformasi dan mensucikan jiwa melalui cara menggali ilmu yang bermanfaat, beramal shalih, serta mengerjakan berbagai perintah dan menjauhkan berbagai larangan. Nabi saw telah menjelaskan makna tazkiyah al-nas dengan sabda beliau ‘yaitu mengetahui bahwa Allah `Azza wa Jalla bersamanya di manapun dia berada’”.  

Hadis yang dimaksud oleh `Abd al-`Azīz bin Muhammad al-`Abd al-Lathīf sebagai artikulasi tazkiyah al-nafs adalah:

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ مَعْرُوفٍ الْحِمْصِيُّ ، حَدَّثَنَا أَبُو تَقِيٍّ عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ إِبْرَاهِيمَ ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَالِمِ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْوَلِيدِ الزُّبَيْدِيُّ ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ جَابِرٍ الطَّائِيُّ ، أَنَّ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ ، حَدَّثَهُ أَنَّ أَبَاهُ حَدَّثَهُ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مُعَاوِيَةَ الْغَاضِرِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ حَدَّثَهُمْ ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : " ثَلاثٌ مَنْ فَعَلَهُنَّ فَقَدْ ذَاقَ طَعْمَ الإِيمَانِ : مَنْ عَبَدَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَحْدَهُ بِأَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ ، وَأَعْطَى زَكَاةَ مَالِهِ طَيِّبَةً بِهَا نَفْسُهُ فِي كُلِّ عَامٍ ، وَلَمْ يُعْطِ الْهَرِمَةَ وَلا الدَّرِنَةَ وَلا الْمَرِيضَةَ ، وَلَكِنْ مِنْ أَوْسَطِ أَمْوَالِكُمْ ، فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يَسْأَلْكُمْ خَيْرَهَا وَلَمْ يَأْمُرْكُمْ بِشَرِّهَا ، وَزَكَّى نَفْسَهُ ، فَقَالَ رَجُلٌ : وَمَا تَزْكِيَةُ النَّفْسِ ؟ ، فَقَالَ : أَنْ يَعْلَمَ أَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ مَعَهُ حَيْثُ كَانَ " 

Telah bercerita kepada kami `Alī Ibn al-Hasan Ibn Ma`rûf al-Himshī, telah bercerita kepada kami Abû Taqī `Abd al-Hamīd Ibn Ibrāhīm, telah bercerita kepada kami `Abdullāh Ibn Sālim dari Muhammad Ibn al-Walīd al-Zubaidī, telah bercerita kepada kami Yahya Ibn Jābir al-Thāī bahwa `Abd al-Rahmān Ibn Jubair Ibn Nufair,  telah bercerita kepada kami bahwa ayahnya bercerita kepadanya bahwa `Abdullāh Ibn Mu`āwiyah al-Ghādiri rda yang bercerita kepada mereka bahwa Rasulullah saw bersabda: “Ada tiga hal, barangsiapa yang melakukannya, maka dia pasti merasakan rasanya iman: 1) Barangsiapa yang beribadah kepada Allah Azza wa Jalla Yang Maha Esa Yang Tidak ada Tuhan yang boleh diibadahi kecuali Dia, 2) memberikan zakat hartanya dengan jiwa yang bersih setiap tahun, tidak memberikan yang renta, yang jelek dan yang sakit, tetapi harta kalian yang paling baik dan sedang, karena Allah swt tidak meminta kalian yang terbaik juga tidak memerintahkan kalian yang jelek, serta 3) mentazkiyah dirinya. Seseorang bertanya: apa tazkiyah nafs itu? Beliau saw menjawab: dia tahu bahwa Allah Azza wa Jalla bersamanya di mana saja dia berada”.  (Hr. Al-Thabrani)   

Bagi Sayyid Muhammad Ibn Jādû, tazkiyah al-nufûs diartikulasikan dengan:

وَعَلَى أَسَاسِ اْلمَعْنَى اللُّغَوِيِّ جَاءَ اْلمَعْنَى اْلاِصْطِلاَحِي لِتَزْكِيَّةِ النُّفُوْسِ، فَتَزْكِيَّةُ النَّفْسِ شَامِلَةٌ لِأَمْرَيْنِ :أ – تَطْهِيْرُهَا مِنَ اْلأَدْرَانِ وَاْلأَوْسَاخِ، قَالَ فِي الظِّلاَلِ : اَلتَّزَكِّي اَلتَّطَهُّرُ مِنْ كُلِّ رِجْسٍ وَدَنَسٍ ب – تَنْمِيَتُهَا بِزِيَادَتِهَا بِاْلأَوْصَافِ اْلحَمِيْدَةِ

“Atas dasar artikulasi etimologisnya, tazkiyah al-nufus memiliki artikulasi terminologis yang meliputi dua prinsip: 1) mensucikan jiwa dari berbagai penyakit dan kotoran. Di dalam Tafsir Fi Dzilāl al-Qur`ān dikatakan: al-tazakki adalah suci dari setiap kekejian dan kotoran. 2) menumbuhkan jiwa dengan menambahkannya sifat-sifat terpuji”.  

Sedangkan menurut Thāha Husen Bāfadhal, tazkiyah al-nafs diartikulasikan dengan:

تَطْهِيْرُهَا عَنِ الصِّفَاتِ الْمَذْمُوْمَةِ وَتَكْمِيْلُهَا وَتَحَلِّيَّتُهَا بِاْلأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ وَتَزْيِيْنُهَا بِجَمَالَ التَّعْظِيْمِ لِلَّهِ - عَزَّ وَجَلَّ.

“Mensucikan jiwa dari sifat-sifat tercela serta menyempurnakan dan menghiasinya dengan amal-amal shalih dan mempercantiknya dengan keindahan pengagungan kepada Allah `Azza wa Jalla”. 

Umat Islam adalah Ummatan Wastha


UMAT ISLAM ADALAH UMMATAN WASTHA (Umat yang Pertengahan)

Allah SWT berfirman;

“Dan demikian, Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul menjadi saksi atas (perbuatan) kamu…” (QS. al-Baqarah (2): 143)

Umat Islam adalah ummatan wasathan  umat pertengahan dengan sebagal makna wasath, baik yang berarti bagus dan utama, maupun yang berarti adil dan seimbang atau secara material indrawi.

Umat Islam adalah ummatan wasathan  dalam tashawur pandangan, pemikiran, persepsi dan keyakinan. Umat Islam bukanlah umat yang semata-mata bergelut dan terhanyut dengan ruhiah dan juga bukan umat yang semata-mata berhaluan materi. Tetapi, umat Islam adalah umat yang keseluruhan nalurinya sinergi dan seimbang dengan kebutuhan jasmani.

Umat Islam adalah umat pertengahan dalam peraturan dan keserasian hidup. Mereka tidak hanya bergelut dalam hidupnya dengan perasaan dan hati nurani. Dan, juga tidak terpaku dengan adab dan aturan. Akan tetapi, umat Islam mengangkat nurani manusia dengan aturan dari Allah, serta arahan dan ajaran yang menjamin sistem masyarakat yang universal.

Umat Islam adalah umat pertengahan dalam ikatan dan hubungan. Islam tidak membiarkan manusia melepaskan individualnya dan meleburnya ke dalam diri kelompok atau negara. Sebagaimana Islam juga tidak membiarkan manusia tenggelam dalam egoisme dan individualisme tanpa ada kepedulian sosial. Akan tetapi, Islam memberikan motivasi untuk mengembangkan potensinya secara positif. Sehingga, akan tumbuh suatu keterkaitan yang sinergik antara individu dan masyarakat atau negara. Dan, akan tercipta rasa senang bagi setiap individu dalam melayani masyarakat. Begitu pula sebaliknya.

UMAT ISLAM ADALAH UMAT YANG SENANTIASA MENYERU KEPADA KEBAIKAN.

Allah SWT berfirman;

“Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. ‘Ali-Imran (3): 104)

Dakwah atau amar ma’ruf nahi munkar adalah tugas mulia yang manfaatnya meliputi dimensi internal (orang yang berdakwah) dan dimensi eksternal (orang atau masyarakat yang menerima dakwah). Dengan dakwah seorang da’i bisa terlepas dari tanggung jawab pada Tuhannya. Dengan berdakwah pula, masyarakat diharapkan bisa bertaqwa kepada Allah. Jika demikian, maka dakwab adalah kebaikan individu dan kebajikan kolektif.

Allah SWT berfirman:

“Dan (ingatlah) ketiak suatu umat di antara mereka berkata, ‘Mengapa kamu menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?’ Mereka menjawab, ‘Agar kami mempunyai alasan kepada Tuhanmu dan supaya mereka bertakwa.’” (QS. al-A’raf [7]: 164)

Jika sebuah masyarakat melupakan, bahkan tidak peduli terhadap peringatan dan pesan-pesan dakwah Islamiyah atau lebih percaya kepada komentar para pakar ata para pengamat yang tidak bersumber dari informasi wahyu, maka masyarakat atau negara akan tertimpa azab Allah dan krisis multidimensi yang berkepanjangan bahkan sifat kebinatangan bisa lebih dominan daripada sifat manusiawi.

Allah SWT berfirman;

“Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan yang jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mengerjakannya, Kami katakan kepada mereka, “Jadilah kamu kera yang hina.” (QS. al-A’raf [7]: 165-166)

Kejadian tersebut telah menimpa umat terdahulu. Itu bukan berarti, manusia sekarang tidak akan tertimpa azab sebagaimana pendahulunya. Akan tetapi, ketika umat ini berbuat kejahatan sebagaimana umat terdahulu, sunatullah akan senantiasa berlaku sepanjang masa.

Allah SWT berfirman;

“(Balasan dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak pula menurut angan-angan kosong ahli kitab. Baransiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat perlindungan dan tidak pula penolong baginya selain dari Allah.” (QS. an-Nissa [4]: 123)

Selasa, 06 September 2016

Makalah At-Tawaabi' Lismil Marfuu'

MAKALAH AT-TAWAABI' LISMIL MARFUU'
التَّوَابِعُ لِاسْمِ الْمَرْفُوْعِ

At-tawaabi’ secara bahasa adalah bentuk plural dari At-taabi’, yaitu isim faa’il dari taba’a-yatba’u yang berarti yang mengikuti. Sedangkan secara istilah tawaabi’ (lafadz yang mengikuti) adalah isim yang mengikuti i’rab lafadz sebelumnya secara mutlak.

At-tawabi terbagi menjadi empat macam, yaitu: na’tun (نَعْتٌ), ‘athfun (عَطْفٌ), taukiidun  (تَوْكِيْدٌ), dan badlun  (بَدْلٌ).

Na’tu (نَعْتٌ) secara bahasa berarti sifat. Jamaknya adalah  nu’uutun (نَعُوتٌ), sedangkan sinonimnya adalah shifatun (صفة). Secara istilah na’at atau disebut juga shifat adalah isim yang mengikuti isim yang lain dengan fungsi untuk menjelaskan sifat dari isim sebelumnya. Na’at atau sifat wajib mengikuti mausufnya dalam empat hal, (1) i’rab, (2) mudzakkar dan muannats, (3) ma’rifat dan nakirah, dan (4) mufrad, mutsanna dan jama’. 

Secara bahasa athaf  berarti condong atau cenderung. Sedangkan secara istilah athaf adalah isim yang mengikuti isim lainnya dengan perantara huruf athaf. Adapun huruf-huruf athaf itu adalah: (1) وَ = dan (2) ف = maka (3) ثم = kemudian (4) أو = atau (5) أم = ataukah (6) حتى = sehingga (7) لكن  = tetapi (8) لا = tidak (9)  بل= melainkan. Ketika ma’thuf dihubungkan pada ma’thuf ‘alaih dengan huruf athaf maka i’rabnya mengikuti i’rabnya ma’thuf ‘alaih. Huruf athaf berfungsi bukan saja mangatafkan isim kepada isim, tetapi juga berlaku dalam mengathafkan fi’il kepada fi’il.

Badal secara bahasa berarti merubah atau mengganti. Sedangkan secara istilah badal adalah isim yang mengikuti isim lain dan berfungsi untuk menggantikan mubdal minhu (yang digantikannya). Badal terbagi menjadi empat macam, yaitu badal syai minasysyai atau badal kul minal kul, badal ba’dh minal kul, badal isytimal, dan badal ghalath.

Taukid secara bahasa adalah mengokohkan dan menguatkan. Taukid adalah isim yang mengikuti isim lain yang berfungsi untuk menguatkan arti (pengeras arti) dan menghilangkan keraguan si pendengar. Taukid itu mengikuti muakkad dalam lafazh, nashab, khafadh dan ma’rifatnya. Taukid terbagi kepada dua bagian, yaitu lafzhi dan ma’nawi. Taukid lafzhi, yaitu taukid yang lafazhnya diulangi sebanyak dua atau tiga kali, baik isim atau fi’il, atau taukid dengan mengulang lafazh muakkad atau lafazh lain. Sedangkan taukid ma’nawi, yaitu taukid dengan menggunakan lafazh tertentu, diantaranya: النَّفْسُ الْعَيْنُ كُلُّ أَجْمَعُ كِلَا كِلْتَ dan kata-kata yang mengikuti أَجْمَعُ, yaitu اكتمع ابتع ابصع.

Baca Selengkapnya ==>


Download  Makalah : SlideShare

Potret Masyarakat Kera

POTRET MASYARAKAT KERA

Allah SWT berfirman:

“Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang mereka dilarang mengerjakannya, Kami katakan kepadanya, ‘Jadilah kamu kera yang hina.’” (QS. al-A’raf [7]: 166)

Al-Qur’an menerangkan satu kondisi masyarakat yang berubah menjadi kera yang hina sebanyak tiga kali. Semua yang dimaksudkan adalah orang-orang Yahudi.

Masyarakat yang berubah menjadi kera –terlepas dari perbedaan ahli tafsir-, ada yang mengatakan ini perumpamaan dan ada yang mengatakan bahwa mereka benar-benar berubah menjadi kera. Mereka dikutuk Allah karena mereka melakukan tindak kriminalitas agama. Antara lain:

1. Melanggar aturan Allah

Allah SWT berfirman:

“Dan sesungguhnya telah kami ketahui orang-orang yang melanggar  di antaramu pada hari sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka, ‘Jadilah kamu kera yang hina’.” (QS. al-Baqarah [2]: 65)

Ayat ini menjelaskan sebuah pelanggaran yang dilakukan sekelompok orang Yahudi di mana mereka bermaksiat kepada Allah dan merusak janji-Nya yang diambil dari mereka berupa menghormati hari sabtu sebagaimana di terangkan dalam firman Allah:

“Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air dan di hari-hari yang bukan sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami menguji mereka disebabkan mereka berlaku fasik.” (QS. al-A’raf [7]: 163)

Ikan dalam kisah di ayat ini merupakan media untuk menguji sejauh mana kesabaran orang-orang Yahudi dan konsisten mereka terhadap janjinya. Ternyata sejarah dan fakta selalu membuktikan bahwa Yahudi dan yang sejenisnya senantiasa tidak sabar dan tidak menepati janji.

2. Menyembah Thagut

Allah SWT berfirman:

“katakanlah, ‘Apakah akan Aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu di sisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuk dan dimurkai Allah. Di antara mereka ada yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thagut.?’ Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.” (QS. al-Ma’idah [5]: 60)

Di antara karakter masyarakat yang bermental kera adalah masyarkat yang menyembah atau mengabdi pada thagut. Thagut adalah setiap kekuasaan yang tidak bersandar kepada kedaulatan Allah. Thagut juga berarti setiap hukum yang tidak berdiri atau berpijak pada syariat Allah. Thagut bisa berupa setiap permusuhan untuk menentang kebenaran. Sementara melawan kekuasaan, kedaulan dan ketuhanan Allah merupakan perlawanan dan pembangkangan yang paling sadis dan biadab dari sebuah pengertian thagut yang paling dalam, baik secara bahasa atau secara makna.

Ahli kirab yang di dalamnya ada orang-orang Yahudi tak menyembah orang-orang ‘alim dan rahib mereka. Mereka mengikuti ajarannya dan meninggalkan ajaran Allah, maka Allah menyebut mereka sebagai penyembah-penyembahnya dan menyebut serta memvonisnya sebagai orang-orang yang musyrik. Mereka tidak menyembah penguasa otoriter atau thagut dalam bentuk sujud dan ruku. Tapi dalam pengertian menjadi subordinasi atau mengekor serta tunduk secara buta. Ini adalah bentuk ibadah atau pengabdian yang mengeluarkan pelakunya dari beribadah kepada Allah dan dari agama Allah.

Allah SWT berfirman:

“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuahn selain Allah,  dan (juga mereka mempertuhankan) al-Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyebah Tuhan yang Maha Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. at-Taubah [9]: 31)

3. Sombong

Allah SWT berfirman:

“Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang mereka dilarang mengerjakannya, Kami katakan kepadanya; ‘Jadilah kami kera yang hina.’” (QS. al-A’raf [7]: 166)

Masyarakat yang sombong terhadap nasihat dan peringatan Allah melalui para da’i adalah masyarakat yang berhak menerima siksaan yang keras sebagai balasan terhadap kezalimannya. Azab yang keras dalam hal ini adalah perubahan dari bentuk manusia menjadi kera. Mengapa mereka menjadi kera? Mereka berubah menjadi kera karena kerelaan dan kesediaannya untuk menyerah dan meninggalkan kemanusiaannya. Saat itulah mereka meninggalkan karakteristiknya yang paling elementer, yaitu sebuah cita-cita yang melahirkan motivasi positif. Tetapi mereka memilih dunia lain, yaitu dunia binarang, maka balasan kezalimannya sepadan dengan pilihan kebinatangan tersebut, yaitu menjadi kera yang hina.

Allah SWT berfirman:

“Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamarkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik.” (QS. al-A’raf [7]: 165)

Kebiadaban Yahudi

KEBIADABAN YAHUDI

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik…” (QS. al-Ma’idah: 82)

Ketika Bani Israel atau orang-orang Yahudi menduduki rangking pertama dalam urutan kisah-kisah umat terdahulu yang disebutkan dalam al-Qur’an, maka itu bukan tanpa makna dan tujuan. Hal ini merupakan pendidikan al-Qur’an terhadap umat Islam agar senantiasa sadar dan waspada akan bahaya Yahudi. Ayat di atas, menyebut orang-orang Yahudi lebih dulu daripada orang-orang musyrik. Ini merupakan isyarat al-Qur’an bahwa permusuhan dan kebiadaban Yahudi terhadap orang-orang beriman lebih keras dan lebih dahsyat daripada permusuhan orang-orang musyrik, walaupun kufur itu satu millah (agama).

Berikut beberapa keterangan al-Qur’an mengenai kebiadaban Yahudi.

1. Membunuh Para Nabi

Allah SWT berfirman:

“…Lalu, ditimpakan kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapatkan kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.” (QS. al-Baqarah: 61)

2. Mengadakan Konspirasi Internasional untuk Memerangi Umat Islam

Yahudi bersama sekutunya, yaitu orang-orang munafik dan musyrikin senantiasa berada di belakang konspirasi internasional untuk memerangi dan menghancurkan tiga pilar kekuatan umat Islam: aqidah, qiyadah (kepemimpinan) dan jama’ah. Allah SWT berfirman:

“Apakah kamu tidak melihat orang-orang yang telah diberi bagian dari al-Kitab (Taurat)? Mereka membeli kesesatan (dengan petunjuk) dan mereka bermaksud supaya kamu tersesat dari jalan yang benar. Dan Allah lebih mengetahui (dari pada kamu) tentang itu musuh-musuhmu. Dan cukuplah Allah menjadi pelindung (bagimu). Dan cukuplah Allah menjadi penolong (bagimu). Yaitu orang-orang Yahudi, mereka merubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata, ‘Kami mendengar, tetapi kami tidak mau menurutinya.’ Dan (mereka mengatakan pula), ‘Dengarlah.’” Sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan mereka mengatakan, “Raa’ina”, dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan, “Kami mendengar dan patuh, dan dengarlah, dan perhatikan kami,” tentulah ini lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis.” (QS. an-Nissa: 44-46)

Realitas sekarang dengan adanya hubunganyang mesra antara Yahudi dengan musyrikin serta munafiqin dalam rangka membuat makar melalui PBB bukanlah cerita baru. Hal ini merupakan kebenaran al-Qur’an sepanjang masa, bahwa Yahudi bukan saja musuh kaum Muslimin Palestina tapi musuh umat Islam seluruh dunia, termasuk Indonesia.

3. Mengkafirkan Kaum Muslimin

Ahlul kitab yang di dalamnya ada orang-orang Yahudi tak pernah bersikeras dan berupaya untuk mewujudkan sesuatu, melebihi ambisi mereka untuk menyesatkan umat Islam dari aqidahnya. Yahudi mengerti bahwa aqidah dan keimananlah yang menjadikan Islam selamat, kuat dan bersatu.

Allah SWT berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebagian dari orang-orang yang diberi al-Kitab, niscaya mereka akan mengmbalikan kamu menjadi kafir sesudah kamu beriman.” (QS. Ali-Imran: 100)

4. Melanggar Perjanjian Allah

“(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS. al-Baqarah: 27)

Ayat di atas ini membeirkan pemahaman pada kita bahwa orang-orang Yahudi bukan saja musuh umat Islam. Ia juga musuh kemanusiaan. Tentu setiap manusia normal dan berakal takkan menerima perusakan di muka bumi. Yang lebih bahaya adalah bahwa Yahudi adalah musuh Allah.

Dari karakter Yahudi di atas yang sangat biadab, mereka tidak akan bisa diajak dialog apalagi berdamai. Yahudi adalah makhluk yang tidak mengerti kecuali bahasa kekerasan. Karena itu al-Qur’an  memberikan instruksi kepada umat Islam dengan tegas agar memerangi orang-orang Yahudi, sebelum bertambah kebiadaban mereka.

Allah SWT berfirman:

“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak pula pada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar, yaitu orang-orang yang diberikan al-Kitab kepada mereka , sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan hina.” (QS. at-Taubah: 29)

Instruksi Allah ini harus direspon secara positif oleh setiap Muslim. Apalagi sudah ada jaminan dari Rasulullah SAW bahwa masa depan adalah milik umat Islam. Jiak tidak masanya nanti, seorang Muslim akan membunuh Yahudi atas bantuan tentara Allah yang lainnya yaitu batu atau pohon. Syaratnya, setiap Muslim harus berkomitmen dengan ke-Islamannya dan penghambaannya kepada Allah. Karena itulah haditsnya berbunyi, “Wahai Muslim, Wahai Abdullah!” bukan, “Wahai orang Palestina, wahai orang Arab!” misalnya.

Rasulullah SAW bersabda,

“Tidak akan tiba hari kiamat sehingga orang-orang Islam memerangi orang-orang Yahudi. Lalu kaum Muslimin membunuh mereka, sehingga ketika seorang Yahudi bersembunyi di belakang batu dan pohon, maka batu dan pohon itu berkata, ‘Wahai Muslim, Wahai Abdullah, ini ada orang Yahudi di belakangku. Ke sinilah! Bunuhlah dia!. Kecuali pohon Ghargad. Sesungguhnya ia adalah dari (jenis) pohon Yahudi.” (HR. Muslim)

Rahasia Kemenangan Pasukan Thalut

RAHASIA KEMENANGAN PASUKAN THALUT

Allah SWT berfirman:

“Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata, ‘Sesungguhnya Allah akan menguji kalian dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kalian meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Barangsiapa tidak meminumnya, kecuali hanya seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku,’ kemudia mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka, maka tatkala Thalut dan orang-orang beriman yang bersamanya itu telah menyeberangi sungai, orang-orang yang telah minum berkata, ‘Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya.’ Sedangkan orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata ‘Berapa banyak golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah, dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. al-Baqarah: 249)

Pada ayat ini, Thalut yang menjadi pemimpin Bani Israil memberikan ujian kepada mereka. Setelah diuji, barulah diketahui bahwa Bani Israil adalah bangsa yang lemah yang sering tidak lulus uji. Sebagaimana juga ketika mereka diperintahkan masuk ke Baitul Maqdis oleh Nabi Musa AS, mereka menolak. Karena, di sana ada orang –orang yang mereka takuti. Mereka menolak masuk ke Baitul Maqdis dengan alasan di dalamnya ada Jabbariin (Penguasa yang zalim). Karena biasa terjajah dan terzalimi, Bani Israil menjadi manusia lemah, tak mempunyai inisiatif dan semangat. Hal tersebut menjadi pelajaran berharga. Bahwa, kondisi seperti itu bisa saja terjadi pada kita, umat Islam saat ini. Jika kita perhatikan, tidak sedikit umat yang tak bisa berbuat apa-apa padahal mereka dizalimi. 

Ketika Thalut menguji Bani Israel dengan sebuah ujian berupa sungai, itu dilakukan untuk mengetahui karakter mereka, agar kesalahan yang pernah mereka perbuat tidak terulang. Dan, seorang pemimpin jangan sampai ditinggalkan oleh pasukannya. Dengan ujian tersebut, bisa diketahui mana pasukan yang loyal dan mana yang tidak. Selain itu, ujian tersebut untuk memberikan kesiapan moral dalam jihad Fi Sabilillah.

Pelajaran lain yang bisa kita ambil adalah, seorang qa’id (pemimpin) tidak akan memberikan tugas kepada jundi (prajurit)-nya sebelum dilakukan ujian terlebih dahulu. Bentuk ujiannya pun jelas. Sehingga para jundi akan senantiasa mempersiapkan dirinya dengan kesiapan menghadapi berbagai ujian.

Dalam amal Islam, dalam perjalanan dakwah, harus jelas diketahui siapa yang loyal terhadap Islam dan siapa yang hanya ikut-ikutan saja. Sekarang ini, banyak pemimpin yang terkena penyakit kaget, karena mereka tidak menjalankan mekanisme ujian dengan baik. Ada pemimpin yang mengira bahwa umatnya banyak, ternyata hanya kosong seperti balon.

Pelajaran lain dari kisah Thalut adalah adanya keseimbangan antara keinginan membentuk umat yang ideal dengan kenyataan umat yang ada. Hal ini telrihat dari diperbolehkannya pasukan untuk meminum air sungai dengan secidukan tangan. Jadi, di antara keistimewaan Islam adalah adanya sinkronisasi antara idealita dan realita. Antara standarisasi karakteristis ideal seorang prajurit dengan realitas rasa dahaga di tengah padang pasir. Dan inilah di antara sebab yang menjadikan pasukan Thalut memenangkan pertempuran atas izin Allah.

Ketika kita melakukan pendidikan kepada keluarga dan masyarakat dalam aktivitas dakwah, harus diperhatikan sinkronisasi antara idealita dan realita. Allah SWT menginginkan agar kita menjadi hamba-Nya yang idela dengan selalu tepat waktu dalam shalat berjama’ah, senantiasa qiyamul lail, puasa sunnah, melaksanakan jihad dan lainnya. Namun di sisi lain Allah juga mengajarai manusia untuk bersikap realistis. Bagaimanapun, kita harus menyadari bahwa manusia bukanlah malaikat. Ketika beberapa sahabat berlomba-lomga untk menjadi yang terbaik dengan cara tidak mau menikah, tidak mau tidur dan ingin berpuasa sepanjang tahun, Rasulullah SAW melarangnya. Ini dilakukan Rasul dalam rangka mendudukan mereka agar berada di antara kondisi ideal dengan realita.

Ujian yang dilakukan Thalut juga punya makna lain. Bahwa, tidak semua pendukung perjuangan dakwah itu setia. Hal itu pernah dialami juga oleh Rasulullah. Di masa Rasul, tidak semua anggota pasukan itu tergolong loyal. Ada di antara mereka orang-orang munafik. Saat  perjalanan perang Uhud, orang-orang munafik membatalkan keikutsertaannya dan kembali ke Madinah. Hal ini sedikit banyak mempengaruhi pasukan Islam yang lain yang memang keimanannya masih lemah.

Jika di masa Rasul saja terdapat pendukung-pendukung semu, terlebih di masa kita saat ini. Di mana, orang-orang yang memahami al-Qur’an sangat sedikit. Sehingga, wajar jiak ada beberapa pendukung dakwah yang akhirnya berjatuhan di jalan perjuangan dakwah. Walaupun kita berusaha untuk menanggulanginya.

Ketika Thalut mensyaratkan pasukannya dengan meminum air sungai secidukan tangan, ternyata banyak di antara mereka yang minum sepuas-puasnya hingga kekenyangan. Dan yang menuruti perintah Thalut hanya sedikit.
 
Designed By OddThemes & Distributd By Blogger Templates